Prodi

Fasting for Kids: Tuntun Berpuasa, Santun Berbahasa

Oleh Suciati, M.Pd.

Ramadhan merupakan bulan penuh berkah. Bulan ini bisa menjadi momen indah bagi para orang tua untuk mengajarkan agama kepada anak-anak. Orang tua dapat mengajarkan banyak hal untuk membangun karakter positifnya dalam hal agama, khususnya mengajarkan puasa kepada anak (fasting for kids).

Puasa Ramadhan diwajibkan untuk semua umat muslim yang sudah baligh. Namun, tidak ada salahnya dan bahkan dianjurkan untuk mengajarkan puasa kepada anak-anak sejak dini. Hal ini bisa menjadi stimulan bagi mereka agar kelak siap berpuasa penuh.  Selain itu, puasa juga dapat membangun karakter mereka sejak dini.

Dengan melakukan pembiasaan sejak dini, anak-anak akan terlatih dengan kondisi berpuasa dimana mereka harus menahan untuk tidak makan dan minum. Untuk anak TK atau SD/MI level awal, kita bisa mengajak mereka untuk praktik puasa Dzuhur atau Pasa Bedhug. Untuk melakukan pembiasaan berpuasa ini, komunikasi yang baik sangat perlu dilakukan oleh orang tua. Pendekatan dan penjelasan yang sesuai, serta tidak bersifat memaksa justru akan membuat mereka lebih mengerti dan menikmati prosesnya.

Selama proses berpuasa, orang tua dapat memberikan contoh yang baik, terutama dalam hal komunikasi. The power of language atau kekuatan bahasa yang disampaikan orang tua akan berpengaruh kepada psikologi mereka. Kesan yang harus diberikan kepada orang tua kepada anak adalah mengajarkan, bukan memaksakan. Untuk itu, menyampaikan sesuatu dengan penjelasan akan lebih tepat dibandingkan hanya menyampaikan larangan. Misalnya, saat mereka ingin membatalkan puasa setelah melihat makanan yang nikmat.

Penjelasan yang bersifat ajakan dan memiliki kekuatan bujukan akan lebih mudah diterima oleh anak daripada larangan. Bahkan, larangan tanpa penjelasan hanya akan membuat mereka penasaran dan menentang sehingga memunculkan sikap egosentris yang dapat membuat mereka menjadi pribadi yang tidak mau mengalah, iri, tantrum dan tidak mau berbagi. Al-Qur’an Surat Luqman ayat 11, 17, dan 18 mengajarkan kita agar mendidik dengan kasih sayang dan nasehat. Ayat 11 memberikan contoh kepada kita bagaimana Luqman berlaku lemah lembut dalam menasehati anaknya dengan menggunakan kata “Wahai anakku…”. Sedangkan, ayat 17 dan 18, Luqman mendidik anaknya dengan penuh bijaksana, tanpa kekerasan dan tanpa kesan horor atau menakutkan. 

Penjelasan yang disampaikan dengan cara yang tepat juga akan menjadi pembelajaran hebat buat si anak karena apapun bahasa yang orang tua gunakan pasti akan terekam di otak sang anak. Untuk itu, menggunakan bahasa yang santun didukung dengan style komunikasi yang tepat akan lebih bijak untuk dilakukan orang tua karena sedikit banyak, hal ini akan dipraktikkan mereka. Anak-anak adalah peniru yang ulung. Mereka masih tahap meniru sehingga mudah belajar dari apa yang mereka lihat.

Ramadhan ini adalah momen yang tepat untuk semakin dekat dengan Tuhan. Selain itu, bulan ini adalah kesempatan terindah untuk dekat dengan keluarga, khususnya anak-anak. Semoga kita bisa membantu mereka menjadi pribadi yang rajin berpuasa dan santun berbahasa.

Share this Post: