Prodi

Ramadhan: Penyucian Hati Para Pendidik untuk Memenuhi Syarat

Oleh Dr. Taufikin, M.S.I

Guru, Dosen, atau nama lain sebagai pendidik dalam mensukseskan penyelenggaraan pendidikan senantiasa membutuhkan profesionalitas yang mantap dan konsisten. Hal ini untuk memenuhi syarat sebagai pendidik yang berwibawa; memiliki kompetensi kepribadian, paedagogik, sosial dan professional; menguasai IT dan Bahasa Asing; dan tentu saja selalu berpedoman pada Qur’an dan Hadits.

Menuntun manusia sebagai makhluk pendidikan tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena membutuhkan proses panjang dan berliku sejak dini sampai dewasa sehingga siap dilepas sebagai manusia yang merdeka batin (budi pekerti/akhlak/ karakter), dan lahirnya (intelektual dan Jasmani).

Pendidik ibarat matahari, haruslah bercahaya dalam dirinya sendiri barulah kemudian dapat menyinari manusia lainnya. Hal ini kemudian dikenal dengan istilah Uswatun Hasanah, oleh Ki Hadjar Dewantara disajikan dengan Ing Ngarsa sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Maka ketika ingin menjadi teladan dalam budi pekerti, terlebih dahulu sebagai pendidik sudah menyatukan dirinya dengan budi pekerti.

Budi pekerti harus dipahami sebagai dimensi batin (esoteris) yang terbentuk oleh jiwa/ruh yang suci. Jiwa yang suci dapat terbentuk manakala ketika seorang manusia telah berada dekat dengan Allah SWT. Maka muncul pertanyaan, sudahkah sebagai pendidik, berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT? Karena ini mutlak diperlukan sebagai syarat batin (esoteris) setiap pendidik. Ketika jiwa pendidik telah sedemikian dekat dengan Allah SWT, maka akan terpancar anugerah berupa budi pekerti yang luhur.

Budi pekerti luhur yang terwujud dari batin (jiwa, ruh yang suci) perlu mendapatkan porsi penggemblengan yang maksimal. Di bulan Ramadhan inilah waktu yang tepat bagi para pendidik untuk membentuk jiwa/ruh yang suci, yang senantiasa berada di dekat Allah SWT. Sehingga setelah Ramadhan selesai, ruh/jiwa pendidik telah benar-benar memenuhi syarat sebagai matahari-nya pendidikan. Matahari yang mampu bukan hanya menyinari dirinya, tetapi juga menyinari manusia lainnya.

Ramadhan sebagai bulan termulia, amat tepat sebagai bulan penyucian jiwa/ruh dalam mencetak budi pekerti/akhlak al-karimah. Hal ini dapat dilakukan seorang manusia (pendidik) demi membebaskan diri dari dosa (takhliyah), kemudian menghiasi dirinya dengan sikap dan perbuatan terpuji (taḥliyah), sehingga akan terbukalah penghalang atau tabir (ḥijab) seorang hamba dengan Allah SWT (tajliyah). Ketika telah menyingkap tabir penghalang, maka manusia akan mendapatkan anugerah salah satunya adaah budi pekerti luhur. Bahkan konsistensi (istiqamah) ruh/jiwa dalam suasana dekat Allah SWT, maka akan konsisten pula seorang manusia terhiasi akhlak al-karimah. Hal ini mutlak untuk melengkapi syarat sebagai seorang pendidik, yang tidak hanya memiliki syarat dimensi eksoteris (lahir) yaitu memiliki keunggulan intelektual dan Jasmani sehat, tetapi juga memenuhi syarat dimensi esoteris (batin), yaitu memiliki jiwa suci, dan budi pekerti luhur. Sehingga layak sebagai pendidik teladan sejati, konsisten dan berwibawa sebagai matahari-nya pendidikan.

Wallahu a’lam bi al-Shawab.

Share this Post: