Prodi

ANAK ADALAH AMANAH Oleh: Ahmad Fatah

ANAK ADALAH AMANAH*
Oleh: Ahmad Fatah*
 

Beberapa pekan terakhir, banyak pemberitaan dimedia cetak maupun elektronik tentang eksploitasi anak, baik dalam bentuk eksploitasi fisik, sosial dan seksual. Padahal anak merupakan penerus generasi yang akan datang yang memiliki nilai krusial bagi keberlanjutan peradaban manusia. Segala upaya untuk melindungi dan memelihara keberadaan anak serta mendorong kesejahteraan mereka merupakan investasi jangka panjang (long term investment) yang penting demi terjaganya kualitas kehidupan manusia kini dan nanti. Berbagai upaya perlindungan hak anak sudah sedemikian masuk dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara baik ditingkat nasional maupun internasional.

Anak adalah anugerah dan amanah dari Allah. Sebagai amanah anak harus dijaga, dilindungi, dan dididik bukan justru di eksploitasi. Dalam pandangan Islam, posisi anak memiliki berbagai potensi, baik potensi baik dan buruk. Anak sebagai hiasan hidup, anak sebagai penyejuk pandangan mata, anak sebagai cobaan hidup dan bahkan berpotensi sebagai musuh, dan jangan sampai meninggalkan anak dalam kondisi yang lemah. Dalam Surat Ali Imron Allah Swt berfirman yang artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Qs. Ali Imron: 14). Anak disebut pada ayat ini sebagai satu dari kesenangan-kesenangan dunia. Adapun dalam surat al Furqon Allah swt berfirman yang artinya: “Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al Furqon: 74). Inilah anak yang diharapkan oleh setiap keluarga. Untuk itulah, ayat-ayat yang digunakan untuk membahas poin ini berupa doa dan ini berbeda dengan ayat-ayat sebelumnya. Doa adalah harapan dan munajat kepada Yang Menciptakan semuanya. Jadi, keturunan yang baik dan mampu sebagai penyejuk hati serta dambaan orangtua dan masyarakat, perlu usaha dan doa yang kuat dari orang tuanya.

Selanjutnya Allah memperingatkan kepada orang yang beriman agar berhati-hati terhadap anak, yaitu dalam surat al Taghabun yang artinya: “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs At Taghabun: 14). Dari ayat tersebut seharusnya orang tua lebih hati-hati dan waspada dalam mendidik anak. Karena bisa jadi sebagian mereka adalah musuh. Jika anak telah menjadi musuh orangtuanya, maka hilanglah sebagian besar kebahagiaan rumah tangga dan hal tersebut menjadi cobaan dalam hidupnya. Karena hiasan itu kini hanya menjadi beban, penyebab ketakutan, kesedihan dan semua kesengsaraan hidup orangtua. Hal ini menunjukkan bahwa anak yang nakal dan durhaka menjatuhkan martabat dirinya, keluarga dan masyarakatnya.

Jadi, hitam putih anak sebetulnya terletak pada pendidikannya. Tentu bukan sekedar pendidikan formal, tapi pendidikan dalam keluarga yang nota bene sebagai “sekolah pertama dan utama” bagi anak; dan juga pendidikan kemasyarakatan dimana anak bergaul, berinteraksi dan bersosialisasi yang justru biasanya sangat berpengaruh terhadap kepribadian dan mental anak. Pendek kata, perlu dibangun komunikasi yang sehat dan penanaman nilai-nilai yang baik untuk anak.

Selanjutnya, diantara pendidikan anak menurut surat Luqman ayat 12-17 adalah mendidik anak agar patuh kepada Allah Swt, memiliki akhlak yang baik, dan tidak arogan. Perwujudan patuh kepada Allah adalah jangan menyekutukan Allah, mendirikan shalat, dan bersyukur atas nikmat Allah. Hal ini menunjukkan pentingnya menanamkan nilai-nilai keimanan dan spiritualitas keagamaan. Perwujudan akhlak yang baik adalah berbakti dan bersyukur kepada orang tua dan menjalankan amar makruf nahi munkar. Hal ini menunjukkan pentingnya membangun fondasi sosialisasi dan sistem sosial dalam keluarga dan masyarakat. Perwujudan tidak arogan adalah tidak sombong dan sabar. Hal ini menunjukkan bahaya arogansi dan kesombongan dalam diri manusia, oleh karena itu sejak dini nilai-nilai tersebut perlu dijauhi. Pendekatan edukatif yang digunakan dalam surat Luqman tersebut menekankan pada keseimbangan aspek spiritual-religius, kemasyarakatan dan pembentukan karakter (character building).

Berdasarkan deskripsi tersebut, hal-hal penting yang perlu penulis tekankan adalah: Pertama, anak adalah anugerah, amanah dan sebagai generasi penerus di masa mendatang yang perlu dijaga dan dididik dengan baik. Kedua, tindakan eksploitasi anak adalah tindakan yang amoral dan terkutuk, baik dari sudut pandang agama, hukum dan sosial. Ketiga, upaya yang di tempuh untuk penyelesaian eksploitasi anak adalah pencegahan dan penindakan. Upaya pencegahan dapat ditempuh dengan memberikan pemahaman dan penyadaran kepada orang tua maupun calon orang tua untuk mengerti, memahami dan menyadari tentang hak-hak anak sekaligus kewajiban-kewajibannya terhadap anak. Upaya pencegahan juga harus berasal dari lembaga-lembaga sosial-keagamaan agar berupaya untuk melakukan pendampingan dengan pendekatan psiko-relijius dan sosial. Sedangkan upaya dari pemerintah dapat terwujud dalam kebijakan secara yuridis yang pro terhadap anak dan penyediaan tata kota dan lingkungan yang ramah anak. Hal inilah perlu digagas dan direalisasikan kota layak anak (KLA). Upaya penindakan perlu ada tindakan yang tegas dari aparat berwenang tentang kasus-kasus eksploitasi anak.

Dengan demikian, upaya-upaya tersebut seharusnya dapat dilakukan secara komprehensif dan sistematis antar elemen dan instansi. Bukan penyelasaian yang retoris dan parsial. Jadi perlu pemahaman dan sinergi yang kuat. Harapan kita tentunya adalah dengan berbagai upaya tersebut anak-anak kita kelak menjadi generasi penerus yang menjadi penyejuk mata, anak yang kontributif dan bermanfaat bagi sesamanya. Akhirnya, terciptalah masyarakat dan bangsa yang memiliki generasi yang tangguh dan baik, bukan generasi yang anarkis dan eksploitatif. Semoga. Wallahu a`lam.

*  Dimuat di Jawa Pos Jawa Radar Kudus, Jumat 8 April 2016

* Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus, Pemuda Pelopor Pendidikan kabupaten Kudus tahun 2011 dan juga alumni Madrasah   TBS Kudus.

Share this Post: