Prodi

Menggapai Keberkahan Ramadhan

Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Pesan Rasulullah menjelang Ramadhan “wahai manusia, sungguh telah datang pada kalian  bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah, hari-harinya adalah hari-hari  yang paling utama, malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama, jam demi jam adalah jam-jam yang paling utama.” Sangat rugi bila bulan ramadhan yang penuh berkah ini dilewatkan begitu saja,

Perlu kita merenung, bahwa bulan yang penuh berkah, maghfirah ini akankah dilewatkan begitu saja, tanpa mengambil sedikitpun keberkahan yang terkandung di dalamnya, ataukah melewati ramadhan ini hanya mengambil keberkahan alak adarnya ataukah ramadhan yang penuh berkah ini dengan sungguh-sungguh, yakni dengan mengisi dan memperbanyak ibadah dan amal kebajikan lainnya.

Kesempatan emas ini Allah berikan kepada hambaNya yang dicintai, untuk dijadikan sebagai bulan di mana kita diperkenankan membangun hubungan yang harmonis antara kita dengan Allah, kita dengan sesama, kita dengan makhluk-makhluk Allah yang lainnya.

Terkait hal tersebut ada kisah dalam buku Tasawuf Modern karya Buya Hamka, ada kisah hikmah yang dapat dipetik terkait pentingnya memuliakan bulan suci Ramadhan.

Pada suatu masa Raja Iskandar Zulkarnain beserta pasukannya hendak menaklukkan suatu daerah. Sebelum berangkat, Iskandar, Zulkarnain memberikan tausiah kepada pasukannya.“Dalam perjalanan, nanti malam kita akan melintasi sebuah sungai. Ambillah apa saja yang terinjak yang ada di sungai itu” Ketika malam mula igelap, pasukan Iskandar Zulkarnain melintasi sebuah sungai, dalam kondisi seperti itu pasukan yang sebelum berangkat telah menerima pesan sang raja terbagi tiga golongan dalam menyikapi  pesan baginda raja tersebut. Kelompok pertama, tidak mengambil apapun yang terinjak oleh kakinya di sungai, karena mereka meyakini  bahwa yang terinjak oleh kakinya di sungai itu hanyalah batu-batu yang  harganya tidak seberapa, dan jika dibawa justru akan menyulitkan dalam perjalanan.  Kelompok kedua, mengambil ala kadarnya yang terinjak oleh kakinya di sungai yang mereka lewati, hal ini dilakukan hanya sekedar memenuhi perintah sang raja. Kelompok kedua ini merasa hawatir kalau tidak mengambil apa yang terinjak di sungai sebagaimana pesan raja,  apa jawabaannya jika nanti ditanyakan oleh raja. Yang penting perintah sudah dilaksanakan, itu yang ada dalam benak prajurit ini. Kelompok ketiga mengambil sebanyak-banyaknya yang terinjak di sungai sehingga tasnya penuh dan merasa susah dalam meneruskan perjalanan karena beban yang dibawa sangat berat.Setelah melanjutkan perjalanan dan tiba di suatu tempat pada pagi harinya, Iskandar Zulkarnain menanyakan kepada pasukannya. Apa yang kau dapatkan semalam ketika melintasi sungai ? Masing-masing prajurit memeriksa tasnya, apa yang terjadi, ternyata isinya adalah intan berlian. Yang mereka ambil di sungai malam tadi bukan batu-batu biasa. Tentu saja berbagai ekspresi yang terjadi dari seluruh prajurit tadi. Prajurit yang tidak mengambil apa-apa sangat menyesali tindakannya yang  menganggap tidak penting dan menilai tidak seberapa harga batu-batu yang diinjaknya. Penyesalan biasanya terjadi setelah waktu berlalu dan penyesalan pun tidak berarti apa-apalagi. Sedangkan prajurit yang termasuk dalam kelompok kedua, yang hanya mengambil ala kadarnya hanya sebagai pemenuhan akan perintah raja, meski ada perasaan senang, namun juga ada perasaan menyesal, kenapa tidak mengambil sebanyak-banyaknya, ternyata bukan batu biasa tetapi intan berlian yang harga jualnya sangat mahal. Adapun prajurit yang sungguh-sungguh mengambil sebanyak-banyaknya mereka marasa sangat bahagia, ternyata apa yang ia lakukan tidak sia-sia, meskipun beban terasa berat dan melelahkan ternyata menghasilkan pundi-pundi yang mahal harganya.

Kisah di atas mengandung pelajaran penting bagi kita yang saat ini sedang berada di bulan Ramadhan. Bulan suci yang di dalamnya banyak sekali keberkahan. Tak jauh beda dengan para prajurit dalam kisah di atas, kita pun memiliki 3 pilihan.1. Melewati Ramadhan tanpa mengambil keberkahannya sedikit pun. 2. Melewati Ramadhan dengan mengambil keberkahan ala kadarnya. Atau 3. Melewati Ramadhan dengan bersungguh-sungguh mengambil keberkahannya, yaitu dengan cara memperbanyak ibadah dan amal kebaikan lainnya. Semoga kita termasuk golongan prajurit atau hamba Allah yang beroleh keberkahan Ramadhan dan pada akhirnya mampu meraih predikat takwa.

Share this Post: