Prodi

Spirit Welas Asih Di Tengah Pandemi

Oleh Irzum Farihah,S.Ag., M.SI

Peristiwa alam dengan waktu sangat singkat dan cepat akan berdampak negatif terhadap lingkungan, baik alam maupun sosial. Seperti halnya Covid-19 yang saat ini menjadi ujian seluruh manusia. Sejak awal Bulan Maret Covid-19 sudah menjangkiti masyarakat di Indonesia dan dari hari ke hari jumlah pasien positif masih meningkat, sehingga berbagai kebijakan dari pemerintah maupun pimpinan organisasi keagamaan disahkan dan dipatuhi seluruh masyarakat yang terdampak maupun tidak. Dalam Bahasa agama, bencana sudah menjadi ketetapan Allah, sebagaimana dalam QS. Al-Hadid: 22-23, didalamnya terdapat pesan berupa hiburan dari Allah agar kita tidak terlalu berduka cita menghadapi musibah, dan peringatan bagi mereka yang sombong dengan kenikmatan yang berupa kesenangan duniawi, oleh karena itu perlu adanya sinergi dari dua sikap tersebut. Saatnya masyarakat “bergandeng tangan” untuk saling meringankan penderitaan sesama. Tolong menolong agar mampu keluar dari masalah yang sedang dihadapi bukan melihat dari strata, agama, dan golongan, karena Tuhan (Allah) tidak pernah membedakan dalam urusan memanusiakan manusia, sebagaimana QS. Al-Hujurat ayat 13: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan kamu berbangsa-bangsa juga bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa di antara kamu…” Sapaan Allah ini dapat menjadi pijakan untuk membangun sikap kemanusiaan di tengah pandemi Covid-19. Islam sudah menetapkan konsep kemanusiaan sebagai prioritas dalam mewujudkan tatanan masyarakat yang ideal dengan menanamkan ikatan kebersamaan dan membangun solidaritas di masa pandemi ini sebagai wujud pelaksanaan misi kemanusiaan dengan kepekaan atas kondisi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan primernya. Seperti beberapa kegiatan filantropi yang telah dilaksanakan masyarakat, di antaranya program peduli tetangga sekitar, menyediakan sembako di etalase yang diletakkan di jalan untuk mereka yang membutuhkan, dan berbagai kegiatan kedermawanan lainnya. Rasulullah Saw, wanti-wanti kepada umatnya “bahwa seseorang belum dikatakan beriman jika ia membiarkan tetangganya merintih kelaparan.” Itu berarti bahwa kaum muslimin yang mampu dan berpenghasilan yang cukup sangat didorong untuk mengeluarkan sebagian harta mereka agar kefakiran dan kemiskinan disekitar kita dapat ditanggulangi. Ramadhan menjadi momen umat Islam mengaplikasikan pesan-pesan Tuhan (Allah) untuk tetap menyeimbangkan dimensi personal dan dimensi sosial. Yaitu dengan meningkatkan hubungan dan interaksi yang intim antara diri manusia dengan yang transenden/sakral memohon perlindungan di tengah pandemi dan sementara beribadah di rumah saja dengan tidak mengesampingkan dimensi sosial untuk menjelaskan posisi tanggungjawab seseorang terhadap lingkungan alam dan sosialnya. Jika dalam Islam memaksimalkan perilaku kedermawaan melalui zakat, infaq, dan shadaqah yang merupakan salah satu manifestasi dan realisasi ajaran welas asih dalam bentuk solidaritas sosial. Jika kesadaran manusia terhadap ajaran welas asih berjalan dengan baik, maka sudah jelas problem-problem sosial yang terjadi di masyarakat selama pandemi dapat teratasi dengan baik. Semoga ikhtiar kemanusiaan yang sudah dilaksanakan seluruh manusia di tengah pandemi Covid-19 ini membawa kemanfaatan terhadap sesama dan rida Allah menjadi cita-cita tertinggi. Wallahu a’lam bish-shawab.

Share this Post: