Prodi

Ramadhan dan Spirit Menggapai Derajat Muttaqin

Oleh: Dr. Hj. Anita Rahmawaty, M.Ag.

 

Marhaban Ya Ramadhan. Ekspresi kegembiraan terpancar menyambut datangnya bulan Ramadhan. Ucapan selamat (tahniah) ini menjadi tradisi yang sangat populer di masyarakat, yang biasanya dikemas dalam bentuk salam penghormatan, doa serta permohonan maaf lahir dan batin. Namun, yang lebih penting dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan adalah bukan hanya pintar menyambutnya dengan aneka model ucapan selamat saja, melainkan bagaimana merancang langkah-langkah strategis dalam mengisi bulan Ramadhan ini dengan amal ibadah dan amal shalih agar mampu memproduksi nilai-nilai positif dan hikmah yang dikandungnya.

Kewajiban berpuasa bagi orang-orang yang beriman ini disandarkan pada al-Qur’an, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. al-Baqarah: 183). Dalam ayat ini ditegaskan bahwa iman merupakan modal dasar dan bekal primer kaum muslimin untuk menunaikan ibadah puasa. Selain itu, puasa bertujuan untuk mewujudkan pribadi yang bertakwa, sebagaimana disebutkan pada akhir ayat tersebut (la’allakum tattaqun). Dengan demikian, salah satu target berpuasa adalah untuk memperoleh derajat Muttaqin.

Muttaqin ini merupakan derajat paling istimewa dan berada pada level paling tinggi bagi seorang hamba Allah. Imam al-Ghazali mengungkapkan bahwa kata “Taqwa” di dalam al-Quran memiliki 3 makna. Pertama, Al-khasyyah wa al-haibah (rasa takut dan ngeri). Taqwa memiliki arti rasa takut terhadap siksa, azab dan murka Allah yang begitu dahsyat disebabkan karena kekufuran dan keingkaran kepada Allah. Selain itu, taqwa mengandung makna takut kepada Allah, takut terperosok ke dalam perbuatan keji dan munkar, takut berbuat dosa, takut meninggalkan sholat, takut melakukan maksiat, takut melupakan akhirat, dan takut suka mengumbar syahwat sehingga berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan menjaga hati, menjaga diri, menjaga sikap dan menjaga perilaku dari perbuatan hina, nista dan tercela.

Kedua, Al-tha’ah wa al-ibadah (taat dan ibadah). Taqwa memiliki arti ketaatan, yaitu ketaatan dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh kesadaran, keikhlasan, ketundukan dan kepasrahan kepada Allah. Selain itu, taqwa merupakan ibadah, berserah diri, menghambakan diri dan mengabdikan diri kepada Allah SWT dengan mengoptimalkan amal ibadah dan amal shalih.

Ketiga, Tanzih al-qalb ‘an adz-dzunub (membersihkan hati dari dosa). Pribadi yang bertaqwa adalah orang yang memelihara diri, menjaga kesucian diri dan menjaga kesucian hati dari segala macam dosa, kesalahan dari sifat-sifat tercela, seperti ujub, riya, takabbur, iri, dengki dan dendam. Selanjutnya menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji, seperti syukur, ridha, sabar, qonaah, zuhud, tawakkal dan ikhlas.

Bulan Ramadhan sebagai bulan ibadah, penuh rahmat dan berkah sangat menciptakan atmosfer religi spiritual. Puasa di bulan Ramadhan selama sebulan penuh sarat dengan latihan-latihan spiritual untuk memperoleh martabat yang lebih tinggi di sisi Allah. Mari menghiasi Ramadhan dengan mengoptimalkan amalan ibadah, seperti sholat tarawih, tadarus al-Qur’an, menghidupkan malam dengan dzikir, mengikuti kajian keagamaan, berinfaq dan shadaqoh serta senantiasa berbuat kebaikan.

Last but not least, Ramadhan sebagai starting point menuju ketaqwaan kepada Allah dengan mengoptimalkan amal ibadah dan amal shalih, bukan sebagai rutinitas tahunan belaka. Namun, justru puasa menjadi madrasah ruhaniah yang siap menempa dan me-recharge energi spiritualitas orang-orang beriman untuk menggapai derajat Muttaqin.

Share this Post: