Prodi

Melekatkan Akhlaq pada Pelaku Shiyam

Seorang sahabat Jabir bin Abdullah berkata, “Jika Anda berpuasa, maka ajaklah puasa pendengaran Anda,  penglihatan Anda, dan juga lisan Anda. Tinggalkan dari sikap yang menyakiti orang lain, hendaklah Anda jadikan ketetapan hati dan ketenteraman pada masa Anda berpuasa. Dan jangan jadikan hari berbuka dan puasa Anda sama. 

Dalam atsar di atas terdapat pesan agar setiap Muslim yang berusaha menjalankan ibadah puasa agar mampu menghias diri dengan akhlaq yang utama dan kepribadian yang terpuji, sehingga lisan berucap dengan kebaikan dan tindakan maupun perilaku mengarah kepada kebajikan. Dan pada akhirnya seorang yang berpuasa mampu membersihkan diri dari apa saja yang menyeretnya kepada penghapusan pahalanya, atau meminimalisir ganjaran yang mestinya berlipat ganda. 

Seorang yang berpuasa hendaknya menghabiskan waktu di siang hari Ramadhan dalam ketaatan yang optimal, bersedia menjalankan ibadah dengan sepenuh hati dan ikhlas, sehingga ia mampu menjadi figur yang patut diteladani sebagai pribadi yang mampu menintegrasikan antara ketaatan kepada Rabb dan beribadah kepada-Nya dengan akhlaq baik yang ditunjukkan dalam interaksi dengan sesamanya.

Dengan demikian, ibadah puasa yang dijalankan oleh seorang Muslim menjadi sarana penyucian (tazkiyah) jiwa dan mendidik akhlaq pribadinya. Inilah yang menjadi makna dari firman Allah SWT, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 183)

Sungguh ibadah puasa merupakan penempaan bagi realisasi perintah ibadah, menegakkan nilai-nilai akhlaq dan kemanusiaan.

Dari kesempatan berpuasa kita belajar memperbaiki dan meneguhkan shalat, membaca Al-Qur’an, keikhlasan dalam beramal, toleran dan ucapan yang baik (kalimah thayyibah), kesabaran dalam bergaul dengan sesama, memiliki rasa penuh empati –khususnya terhadap mereka yang masuk dalam kategori karib kerabat. Juga menegakkan nilai-nilai lain yang memperkuat pemaknaan puasa, sehingga pelaku ibadah puasa memperoleh kemenangan dengan balasan yang sempurna. Sebagaimana janji Allah SWT dalam sebuah hadits qudsi, “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.” (H.R. Al-Bukhari dan Ahmad)

Akhlaq yang menjadi hiasan mulia bagi pelaku shiyam hendaknya melekat dalam setiap aspek kehidupan yang dijalani. Sebulan ibadah shiyam Ramadhan menggaransi sikap dan perilaku selama sebelas bulan setelahnya. Wallahu a’lam.

Share this Post: