Prodi

Puasa Ramadhan Berbasis Manajemen

Oleh Dr. H. Solikhul Hadi, M.Ag.

         Umat Islam pada umumnya gandrung untuk bertemu dengan bulan suci Ramadhan, sebagai bulan yang penuh berkah, rahmat dan ampunan  Bahkan ulama salaf sangat fokus dengan bulan yang mulia itu sehingga membagi setahun menjadi dua bagian. Di jelaskan di dalam kitab Lathaif al Ma’arif bahwa ulama salaf pada enam bulan paruh pertama berdoa semoga Allah  swt mempertemukan mereka dengan bulan suci Ramadhan. Dan pada enam bulan paruh kedua berdoa kepada semoga ibadahnya selama Ramadhan diterima oleh Allah swt. Dan Bertemunya seorang hamba dengan bulan suci Ramadhan tentu diharapkan akan mendapatkan hasil ibadah yang maksimal baik secara kuantitas maupun kualitas dengan manajemen yang baik.

         Pertama: input. Input utama pada saat melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan adalah ketika Allah swt memberikan kesempatan kepada kita bisa bejumpa dengan bulan yang agung itu dalam keadaan sehat walafiat. Perjumpaan dengan bulan suci tersebut merupakan anugerah yang luar biasa dari Allah swt, karena tidak semua orang bisa menikmatinya. Baginda Rasulullah saw mengajarkan kepada kita ketika  berjumpa awal bulan Ramadhan dengan memanjatkan doa. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ketika hilal awal Ramadhan tampak, beliau berdoa: ya Allah jadikanlah hilal awal bulan ini  bagi kami dalam keadaan aman dan tetap  iman, serta keselamatan dan kokoh keislaman, Tuhanku  dan Tuhanmu adalah sama yaitu Allah swt, semoga menjadi awal bulan yang menuntun pada jalan yang benar dan penuh kebaikan (HR. Tirmizi).

        Kedua; proses. Proses pelaksanaan puasa Ramadhan berlandaskan pada iman dan ihtisab (mencari ridha Allah swt).  Nabi saw  menyerukan supaya dalam pelaksanaan puasa benar-benar memperhatikan kualitas.  Dalam sebuah hadits disebutkan; betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga (HR. Thabrani).

               Imam Ghazali membuat klasifikasi puasa menjadi tiga tingkatan yaitu;  puasa umum, puasa khusus dan puasa khusus al khusus. Puasa umum adalah sebatas  kemampuan menahan nafsu makan, minum  dan kemalauan. Sedangkan puasa khusus, selain kemampuan menahan diri dari makan, minum dan nafsu kemaluan, juga  dapat menahan panca indera dan seluruh organ tubuh dari perbuatan dosa. Dan untuk puasa khusus al khusus  dapat diraih dari dua bentuk puasa di atas ditambah dengan hati yang ikut serta berpuasa menjaga dari keinginan-keinginan selain Allah swt.

        Ketiga; output. Output dalam ibadah puasa Ramadhan adalah menyelesaikan  ibadah puasa selama satu bulan lengkap  sebagaimana ditunjukkan surat al Baqarah ayat 185( …dan supaya kalian menyempurnakan bilangan puasa…). Menjaga keutuhan bilangan ibadah puasa dengan tidak mengurangi sedikitpun menjadi perhatian serius dalalm syariat Islam. Dalam sebuah riwayat dari Abu Umamah disebutkan bahwa Rasulullah SAW menceritakan mimpinya kepada Abu Umamah: Rasulullah SAW menyaksikan orang-orang yang bergelantungan pada urat besar di atas tumit mereka, mulut mereka robek dan dari robekan itu mengalir darah. Kemudian Abu Umamah bertanya: Siapakah mereka itu? Rasulullah SAW menjawab mereka adalah orang-orang yang membatalkan puasa (HR. Nasai).

       Dan berlimpahnya pahala di bulan suci Ramadhan juga menjadi motivasi untuk memperbanyak   output dalam bentuk amalan-amalan sunnah  seperti tadarrus, sedekah, qiyam  al lail, pendalaman keilmuan dan lain-lain.

      Keempat; outcome. Tujuan utama ibadah puasa adalah terbentuknya jiwa yang bertaqwa kepada Allah swt (la’allakum tattaquun). Dan untuk mempermudah identifikasi taqwa yang diperoleh oleh shoim, perlu kiranya dibuat indikator-indikator ketaqwaan  yang bisa dirasakan, seperti:

  • Bertambahnya rasa kasih sayang kepada sesama
  • Meningkatnya sifat muraqabah (diawasi oleh Allh swt)
  • Meningkatnya sikap tawadlu’
  • Meningkatnya gairah melakukan amal sholih
  • Bertambahnya sifat sabar
  • Dan seterusnya……..

       Semakin banyak indikator positif berarti  semakin menunjukkan ketercapaian outcome dari ibadah puasa yang telah dijalankan. Dan jika dirasa perlu shoim membuat checklist indicator-indikator tersebut untuk evaluasi diri.

Share this Post: